Rabu, 16 Januari 2013

Kisah Ayah dan Kepala Ayam


Di sebuah desa nan jauh disana……..jauh dari pemukiman besar, dan jauh dari moderisasi.  Hiduplah sebuah keluarga yang sederhana dan selalu hidup bahagia. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak.
Ayah      : (memanggil sang anak, untuk membantu ibu membawa belanjaan)
Anak     : (mengiyakan)
Ayah      : (menanyakan bagaimana sekolah hari ini)
Anak    : (menyenangkan, banyak teman dll. Hanya satu kendala sangat jauh dari rumah, perlu naik turun gunung dulu, ngelewatin sungai dll)
Ayah      : (memaklumkannya, karena rumah yang jauh dari pusat kota, dan menyuruh sang anak untuk bilang ke ibu untuk membuatkan kopi)
Anak      : (baik….ayah)
………………………………..
Yah…..begitulah kehidupan keluarga sederhana itu sehari-hari. Sang ayah yang hanya bekerja sebagai kuli panggul dan tukang potong daging di pasar, dan ibu sebagai tukang sayur. Menyebabkan mereka terpaksa harus tinggal jauh dari perkotaan. Karena ketidak sanggupan sang ayah membeli rumah dikota jadi mereka harus menempati rumah warisan orang tua ayah tersebut.
Ayah      : (meminta ibu membuatkan kopi.)
Ibu      : (menawarkan kepada ayah untuk sekluarga pindah ke dekat pasar, selain dekat dengan tempat kerja. Agar anak mereka tidak kecapekan lagi setiap hari harus pergi jam 4 pagi untuk kesekolah)
Ayah      : (menanyakan uangnya dari mana?)
Ibu         : (ibu punya simpanan, pakai uang itu saja)
Ayah    : (melarang, karena siapa tau uang itu sewaktu-waktu di perlukan, dan itu untuk sekolah anak mereka sampai ke perguruan tinggi)
Ibu         : (tapi yah……..)
Ayah     : (menasehati sang istri untuk mensyukuri apa yang dimiliki saat ini, karena itu yang terbaik dan tuhan pasti punya rencana yang terbaik untuk keluarga kita)
………………………………….
Jika ayah bisa memilih ayah sebenarnya juga ingin tinggal tidak jauh dari pusat kota, bukan karena tidak ingin ketinggalan jaman atau modernisasi. Tapi karena ayah memikirkan keluarganya yang selalu bolak-balik kota desa dan selalu memakan waktu yang cukup lama untuk jarak dari desa ke kota. Tapi apa boleh buat untuk mencapai itu semua ayah belum sanggup karena pendapatan ayah masih jauh dari harapan.
………………………………….
Pagi ini ayah dan ibu bekerja seperti biasanya. Ibu seperti biasa sibuk menjajakan sayur”an segar dan ayah kali ini mendapat pekerjaan untuk memotong ayam.
Bang togar   : (menyuruh ayah memotong ayam yang ada di kandang)
Ayah            : (terkejut karena kali ini ayam yang di potong banyak tak terkira)
Bang togar   : (ia..banyak karena ada orang kaya yang memborong semua ayam-ayam bang togar)
Ayah            : (wah….untung besar kali ini bang)
Bang togar : (ya…sudahlah cepat kau potong ayam-ayam itu. Jangan lupa kau bacakan doa sewaktu memotong)
Ayah           : (baik bang…..)
………………………………….
Dan setelah memotong ayam seperti biasa ayah melapor kembali kepada bang togar.
Ayah          : (melapor ayam sudah di potong semua)
Bang togar : (ya….bagus dan memberikan honor ayah langsung)
Ayah          : (bingung karena gaji kali ini sangat banyak)
Bang togar : (menjelaskan gaji ayah banyak karena banyaknya ayam yang ayah potong dan itu juga bonus untuk ayah. Dan bang togar memberikan 1 ekor ayam sebagai bonus tambahan untuk ayah)
Ayah          : (mengucapkan terima kasih kepada bang togar)
………………………………….
Sesampai di rumah ayah langsung memotong ayam tersebut dan menyuruh ibu untuk memasaknya. Dan saat makan malam tiba…………..
Ibu          : (nak….makan dlu nanti dilanjutkan lagi belajarnya.)
Anak       : (baik bu, wah….ibu masak ayam hari ini)
Ayah       : (ya…cepat makan,terus dilanjutkan lagi belajarnya)
Anak     : (loh…ayah kok ngambil kepalanya bukannya masih ada bagian yang lebih enak dan sepertinya setiap kali ibu makan ayam pasti ayah selalu makan kepalanya….kenapa begitu yah?)
Ayah    : (karena…ayah ingin anak dan istri ayah mendapatkan bagian yang enak, biarlah ayah hanya memakan kepala yang bisa dibilang merupakan bagian yang tidak enak dagingnya juga sedikit)
………………………………….
Mendengar ucapan ayah tadi anak dan ibu langsung terdiam dan air mata seketika menetes dari pipi ibu. Semenjak itu ibu tidak pernah meributkan untuk pindah ke kota dan ibu sadar betapa sayangnya ayah kepada keluarga, ayah selalu mengusahakan apa yang terbaik untuk keluarga. Dan walaupun tidak pernah terucap ibu percaya sebenarnya ayah juga mengusahakan tempat tinggal mereka.
So……selalu bersyukurlah atas apa yang kau miliki saat ini, jangan pernah merasa kurang. Karena apa yang kau nikmati saat ini belum tentu orang lain bisa menikmatinya.

‎Thursday, ‎September ‎22, ‎2011